KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
A. Definisi Komunikasi
1. Komunikasi
secara Umum
Komunikasi adalah
suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan
masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain.
2. Komunikasi
menurut para ahli
Himstreet &
Baty, Komunikasi adalah suatu proses penukaran informasi antar individu
melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol,
sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
The Odorson & The
Dorson, Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebgai sikap atau
emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
Charles H.
Cooley, Komunikasi berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia
dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang
dan menyimpan dalam waktu.
B. Unsur-Unsur
Komunikasi
1. Komunikator
/ Pengirim / Sender
Merupakan orang yang
menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bisa tunggal,
kelompok atau organisasi pengirim berita. Komunikator bertanggung jawab dalam
hal mengirim berita dengan jelas, memilih media yang cocok untuk menyampaikan
pesan tersebut, dan meminta kejelasan pesan telah diterima dengan baik. Untuk
itu, seorang komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi harus
memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi, apa yang akan dia sampaikan dan
bagaimana cara menyampaikannya.
2. Komunikan
/ Penerima / Receiver
Merupakan penerima
pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator. Dalam proses komunikasi,
penerima pesan bertanggung jawab untuk dapat mengerti isi pesan yang
disampaikan dengan baik dan benar. Penerima pesan juga memberikan umpan balik
kepada pengirim pesan untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan
dimengerti secara sempurna.
3. Saluran
/ Media / Channel
Merupakan saluran atau
jalan yang dilalui oleh isi pernyataan komunikator kepada komunikasi dan
sebaliknya. Pesan dapat berupa kata-kata atau tulisan, tiruan, gambaran atau
perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel
yang berbeda seperti telepon, televisi, fax, photo copy, email, sandi morse, smartphone, sms,
dan sebagainya. Pemilihan channel dalam proses komunikasi
tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan (Wursanto, 1994).
C. Tahap-Tahap
Berkomunikasi
1. Tahap
Ideasi
Tahap ideasi (ideation), yaitu proses
pencipataan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.
2. Tahap Ecoding
Tahap encoding adalah gagasan atau
informasi disusun dalam serangkain bentuk simbol atau sandi yang dirancang
untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan media
komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau sandi dapat berbentuk kata-kata
(lisan maupun tertulis), gambar (poster atau grafik), atau tindakan.
3. Tahap
Pengiriman
Tahap pengiriman (transmitting)adalah gagasan atau
pesan-pesan yang telah disimbolkan atau disandikan (encoded) melalui
saluran dan media komunikasi yang tersedia dalam organisasi. Pengiriman pesan
dapat dilakukan dengan berbicara, menulis, menggambar,
dan bertindak. Saluran yang dilalui pesan-pesan disebut media
komunikasi. saluran dan media komunikasinya dapat
berbentuk lisan (telepon, temu-muka langsung) atau tertulis (papan
pengumuman, poster dan buku pedoman), mengalir kebawah (memo
dan instruksi tertulis), keatas (kotak saran, grievance
prosedure, laporan prestasi kerja), atau ke samping (panitia,
pertemuan antar departemen), formal (diskripsi jabatan dan prosedur
kerja, konferensi) atau informal (ngobrol makan siang di kafetaria
perusahaan), dan aliran satu arah (laporan tahunan yang dipublikasikan)
atau dua arah (konferensi, wawancara pemutusan hubungan kerja).
4. Tahap
Penerimaan.
Setelah pesan dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima
oleh komunikan. Penerimaan pesan ini dapat melalui
proses mendengarkan, membaca, atau mengamati tergantung
pada saluran dan media yang digunakan untuk mengirimkannya. Jika informasi atau
pesan berbentuk komunikasi lisan, maka seringkali kegagalan dalam mendengarkan
dan berkonsentrasi mengakibatkan hilangnya pesan-pesan tersebut.
5. Tahap Encoding
Tahap encoding adalah di mana pesan-pesan yang
diterima diinterprestaikan, dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung
atau tidak langsung melalui suatu proses berpikir. Pikiran manusia, sistem
memori mekanis, instink binatang, dan proses berpikir lainnya berfungsi sebagai
mekanisme decoding. Dalam tahap decoding ini dapat
terjadi ketidaksesuaian atau bahkan penolakan terhadap gagasan atau idea yang
di”encoding” oleh komunikator dikarenakan adanya hambatan teknis,
dan lebih-lebih adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan persepsi
komunikan dalam hal arti kata atau semantik.
6. Tahap Tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon terhadap
pesan-pesan yang diterimanya merupakan tahap terakhir dalam suatu proses
komunikasi. Dalam tahap ini, respon komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi
informasi, meminta informasi tambahan, atau melakukan tindakan-tindakan lain.
Jika setiap pesan yang dikirimkan komunikator menghasilkan respon tindakan
seperti apa yang diharapkan, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi yang
efektif.
D. Definisi Organisasi
1. Organisasi
secara Umum
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon -
alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk
tujuan bersama.
2. Organisasi menurut para ahli
Stoner, Organisasi
adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah
pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
James
D. Mooney, Organisasi adalah bentuj setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
Chester
I. Bernard, Organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Stephen
P. Robbins, Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat
diindentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
E. Komunikasi
dalam Organisasi
Istilah
“komunikasi” ini berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “communis”yang
berarti “sama” (common). Jika kita akan mengkomunikasikan suatu idea atau
gagasan, maka kita harus menetapkan terlebih dahulu suatu dasar titik-temu
yang sama untuk mencapai suatu pemahaman atau pengertian. Komunikasi juga sebagai
suatu tindakan mendorong pihak lain untuk menginterpretasikan suatu idea
dalam suatu cara yang diinginkan oleh pembicara atau penulis.
Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi
organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian
serta budaya
organisasi.Komunikasi organisasi
diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya
saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan
horizontal.
F. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Organisasi menurut para ahli
1. Sendjaja
a. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu
sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di
samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
§ Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen,
yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya
perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
§ Berkaitan
dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh
dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi Integratif
Setiap
organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi
formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter,
buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal
seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga ataupun kegiatan darmawisata.
2. Scott
dan T.R. Mitchell
a. Kendali,
control, pengawasan.
b. Motivasi.
c. Pengungkapan
emosional.
d. Informasi.
3. Thayer
a. Memberi
informasi.
b. Membujuk.
c. Memerintah.
d. Memberi
instruksi.
e. Mengintegrasikan
organisasi.
G. Proses
Komunikasi dalam Organisasi
1. Komunikasi Internal
Proses komunikasi di antara
para pengurus dan anggota dalam ruang lingkup suatu organisasi, dalam struktur
lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal,
sehingga kerja organisasi dapat berjalan. Komunikasi internal terdiri atas
empat bagian, yaitu :
a. Downward Communication (komunikasi dari atas ke bawah)
:
Komunikasi yang berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada tataran manajer atau supervisor mengirimkan
pesan kepada bawahannya.
Fungsi komunikasi dari atas
ke bawah antara lain :
§ Pemberian
atau penyimpanan instruksi kerja.
§ Penjelasan dari pimpinan tentang
mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan.
§ Penyampaian
informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku.
§ Pemberian
motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Metode komunikasi dari atas ke bawah antara
lain :
§ Metode
tulisan.
§ Metode
lisan.
§ Metode
tulisan diikuti lisan.
§ Metode
lisan diikuti tulisan.
b. Upward Communication (komunikasi dari bawah ke atas) :
Komunikasi yang terjadi
ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi komunikasi dari bawah
ke atas antara lain :
§ Penyampaian
informai tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.
§ Penyampaian
informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan.
§ Penyampaian
saran-saran perbaikan dari bawahan.
§ Penyampaian
keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi
terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer
organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah.
Alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat sulit dan rumit :
§ Kecenderungan
bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.
§ Perasaan
bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai.
§ Kurangnya
penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai.
§ Perasaan
bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa
yang disampaikan pegawai.
c. Horizontal Communication (komunikasi sesama) :
Komunikasi yang berlangsung
di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi komunikasi sesama
antara lain :
§ Memperbaiki
koordinasi tugas.
§ Upaya
pemecahan masalah.
§ Saling
berbagi informasi.
§ Upaya
pemecahan konflik.
§ Membina
hubungan dan mempererat kekeluargaan melalui kegiatan bersama.
d. Interline Communication (komunikasi lintas saluran) :
Komunikasi untuk berbagi
informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif
dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka
berhubungan dengan jabatan fungsional. Kondisi yang harus dipenuhi dalam
komunikasi lintas-saluran :
§ Setiap
pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih
dahulu dari atasannya langsung.
§ Setiap
pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan
hasil komunikasinya kepada atasannya.
2. Komunikasi
Eksternal
Proses komunikasi di antara
para pengurus dan anggota suatu organisasi dengan orang atau masyarakat umum.
a. Komunikasi dari organisasi kepada masyarakat.
Contohnya : konferensi pers,
iklan, brosur
b. Komunikasi dari masyarakat kepada organisasi.
Contohnya : menerima saran kritik, hotline
customer service 24 jam
H. Gaya Komunikasi
dalam Organisasi
1. The
Controlling Style
controlling style
communicationditandai dengan adanya
satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi
ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
2. The
equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini,
tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organnisasi The
Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya
arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat
dua arah (two-way communication).
3. The
Structuring Style
Gaya komunikasi yang
berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan
guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih
memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan
berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur
yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator)
struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan
verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The
Dynamic style
Gaya komunikasi yang
dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender
memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The
dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru
kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atausaleswomen).
5. The
Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini
lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan
orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan
(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
6. The
Withdrawal Style
Akibat yang muncul
jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada
keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan
orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang
dihadapi oleh orang-orang tersebut.
I. Bentuk
Komunikasi dalam Organisasi
1. Komunikasi
Berdasarkan Bentuk
a. Komunikasi
Langsung, Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk
kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan
isyarat. Contoh : Berbicara langsung kepada seseorang.
b. Komunikasi
Tidak Langsung, Komunikasi tidak langsung biasanya menggunakan alat dan
mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk
menghadapi hambatan geografis waktu. Contoh : Radio, televisi.
2. Komunikasi
Berdasarkan Sasaran
a. Komunikasi
Massa, Komunikasi massa adalah komunikasi dengan sasarannya kelompok orang
dalam jumlah yang besar. Syarat-syarat komunikasi massa :
§ Pesan disusun dengan jelas, tidak
rumit dan tidak bertele-tele.
§ Bahasa yang mudah
dimengerti/dipahami.
§ Bentuk gambar yang baik.
§ Membentuk kelompok khusus,
misalnya kelompok pendengar radio.
b. Komunikasi
kelompok, Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok
orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung
dan timbal balik. Contoh : Perawat dengan pengunjung puskesmas.
c. Komunikasi
Perorangan, Komunikasi perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka atau
bisa dapat juga melalui telepon. Contoh : perawat dengan pasien.
3. Komunikasi
Berdasarkan Arah Pesan
a. Komunikasi
satu arah, Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang disampaikan oleh
sumber kepada sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk
memberikan umpan balik atau bertanya. Contoh : Radio.
b. Komunikasi
Timbal Balik, Komunikasi timbale balik adalah komunikasi yang disampaikan
kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Contoh : komunikasi
kelompok atau komunikasi perorangan.
J. Peran
Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu organisasi sangat
penting agar tidak terjadinya salah penyampaian informasi antar anggota dalam
suatu organisasi dan agar tercapainya tujuan tertentu. Sebuah interaksi yang
bertujuan untuk menyatukan dan mensinkronkan seluruh aspek untuk kepentingan
bersama sangat dibutuhkan dalam sebuah tujuan berorganisasi. Dengan kata lain,
tanpa adanya sebuah interaksi yang baik niscaya sebuah organisasi tidak akan
mencapai tujuannya. Interaksi disini adalah mutlak meliputi seluruh anggota
organisasi yang dapat berupa penyampaian-penyampaian informasi, instruksi tugas
kerja atau mungkin pembagian tugas kerja. Interaksi sebenarnya adalah proses
hubungan komunikasi antara 2 orang atau lebih dimana orang yang satu bertindak
sebagai pemberi informasi dan orang yang lain berperan sebagai penerima
informasi. Intinya, korelasinya harus melibatkan dan terfokus kepada orang-orang
itu sendiri dalam suatu organisasi. Dengan kata lain, dapat disimpulkan
komunikasi dapat dibilang juga sebagai proses penyampaian informasi yang
berguna untuk mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain demi mencapai suatu
tujuan.
Sebuah
bentuk organisasi pasti mengedepankan sebuah komunikasi agar tercipta hasil
yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi meliputi atasan
dan bawahan dengan penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke bawahannya
yang semata-mata semua berorientasi berdasarkan organisasi.
Tujuan
komunikasi dalam sebuah organisasi sangat memberikan banyak manfaat secara
langsung yaitu memudahkan para anggota bekerja dari instruksi-instruksi yang
diberikan dari atasan dan untuk mengurangi kesalahpahaman yang biasa terjadi
dan memang sudah melekat pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan
atasan dapat berinteraksi dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang
beresiko mungkin akan berkurang, karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian
komunikasi yang berbeda-beda secara verbal. Dengan demikian semua pelaku
organisasi harus berbicara, bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu
lingkungan kondusif dan mengetahui situasi-situasi yang akan terjadi diluar
dugaan karena kesalahan komunikasi sekecil apapun pasti akan berakibat fatal.
K. Hambatan Komunikasi
dalam Organisasi
1. Hambatan
dari Proses Komunikasi
a. Hambatan
dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional.
b. Hambatan
dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan
media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
d. Hambatan
dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
e. Hambatan
dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
f. Hambatan
dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya
akan tetapi memberikan interpretative, Hambatan tidak tepat waktu
atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi
yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan
kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat
komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan
Semantik
4. Faktor
pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan
dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas
atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya
perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
5. Hambatan
Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu
komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara
pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas
pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak
disampaikan.
6. Hambatan
Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi,
persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
L. Cara
Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1. Gunakan
umpan-balik, Beri kesempatan pada orang orang lain untuk menyampaikan ide
atau gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.
2. Kenali
si penerima berita
§ Bagaimana latar belakang
pendidikannya,
§ Bagaimana pengetahuan tentang
subyek pembicaraan,
§ Sejauh mana minat dan
perasaan.
3. Rencanakan
secara teliti, Pertimbangkan baik-baik, misalnya: apa, mengapa, siapa,
bagaimana, kapan.
M. Contoh Studi Kasus
Pengaruh komunikasi dalam organisasi terhadap
kinerja karyawan melalui kepuasan kerja (studi kasus pada karyawan bagian
produksi Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung).
Komunikasi dalam
organisasi, kepuasan kerja, kinerja. Dewasa ini telah banyak organisasi yang
berdiri dan berkembang sukses baik dalam skala kecil maupun besar. Organisasi
sendiri merupakan suatu alat dimana orang-orang mempersatukan kecakapan dan
usaha mereka untuk mencapai tujuan bersama. Sering dijumpai bahwa karyawan
kurang terpuaskan hatinya dalam melaksanakan tugasnya karena informasi mengenai
prosedur kerja yang disampaikan pimpinan kurang dapat dipahami.
Sehingga karyawan cenderung merasa khawatir, segan, dan takut dalam
melaksanakan tugasnya.
Dengan
adanya perasaan-perasaan tersebut dalam melaksanakan tugas mengakibatkan
kinerja karyawan menjadi menurun. Salah satu jalan mengatasi semua ini adalah
dengan saluran komunikasi. Studi kasus ini bertujuan untuk mengkaji
lebih mendalam tentang komunikasi dalam organisasi yang ada di Pabrik Kertas CV
Setia Kawan Tulungagung guna meningkatkan kinerja karyawan melalui kepuasan
kerja.
Berdasarkan
wacana diatas disarankan antara atasan dengan bawahan pada Pabrik Kertas CV
Setia Kawan Tulungagung lebih sering meningkatkan koordinasi (mengadakan
sharing) sehingga setiap kegiatan akan berjalan dengan baik karena dapat
mengerti perasaan karyawan mulai dari masalah pekerjaan, rekan sekerja, sampai masalah
kesesuaian upah, secara periodik para atasan (direktur, manager, kepala
bagian)lebih sering terjun langsung ke lapangan sehingga dapat meningkatkan
kepuasan dan kinerja, pimpinan memperhatikan keluhan-keluhan dari para
karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment