KONSEP BERUBAH
A. Latar
Belakang
Keperawatan mempunyai dua pilihan utama yang
berhubungan dengan perubahan, mereka melakukan inovasi dan perubahan atau
mereka dapat dirubah oleh suatu keadaan atau sutuasi. Perawat mempunyai
keterampilan dalam proses perubahan. Pertama proses keperawatan yaitu merupakan
pendekatan dalam penyelesayan masalah yang sistematis dan konsisten dengan
perencanaan perubahan. Kedua, perawat diajarkan mendapatkan ilmu dikelas dan
mempunyai pengalaman praktek untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.
Perubahan
pelayanan kesehatan / keperawatan merupakan kesatuan yang menyatu dalam
perkemangan dan perubahan keperawatan di indoneria. Bahkan adalah suatu yang
aneh atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan lingkungan
terus menerus berubah, sedangkan keperawatan yang merupakan bagian masyarakat
tersebut tidak berubah dalam menata kehidupan keprofesiannya. Perubahan adalah
cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam
menghadapi era kesejagatan(millennium III).
Maka
keperawatan Indonesia, khususnya masyarakat ilmuwan dan masyarakat profesional
keperawatan Indonesia, melihat dan mempertahankan proses profesionalisasi pada
era kesejagatan ini bukan sebagai suatu ancaman untuk ditakuti atau dihindari,
tetapi merupakan tantangan untuk berupaya lebih keras memacu proses
propesionalisasi keperawatan di Indonesia dan mensejajarka diri dengan
keperawatan dinegara-negara lain.
Perubahan
dapat dijabarkan dengan beberapa cara, termasuk perubahan yang direncanakan
atau yang tidak direncanakan. Perubahan yang tidak direcanakan adalah perubahan
yang terjadi tanpa suatu persiapan, sebaliknya perubahan yang direncanakan
adalah peribahan yang direncanakan dan dipiikirkan sebelumnya, terjadinya dalam
waktu yang lama, dan termasuk adanya suatu tujuanyang jelas.perubahan terencana
lebih mudah dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia
atau tanpa persiapan anat karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, peerawat
harus dapat mengelola perubahan.
B. Sifat
Proses Berubah
Perubahan adalah
proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi seseorang,
keluarga, kelompok atau komunitas (Potter dan Perry, 2005). Proses berubah
juga dapat diartikan sebagai proses beranjaknya seseorang dari keadaan status
quo menjadi keadaan keseimbangan semu. Status quo “Is a situation or
state of affairs as it is now, or as it was before a recent change” atau
keadaan dimana seseorang belum bergerak dari keadaan semula.
Keseimbangan
semu adalah keadaan yang dirasakan belum memadai dalam waktu
tertentu. Perubahan yang baik dapat dijalani manusia bertahap dan
memerlukan waktu sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri. Sehingga
perubahan yang terjadi secara radikal biasanya akan menemui banyak
hambatan.Macam-macam Proses Berubah diantaranya:
1. Perubahan ditinjau dari
sifatnya, yaitu:
a. Perubahan spontan
(Samson, 1971)
· Perubahan
sebagai respon terhadap kejadian alamiah dan terkontrol/alamiah.
· Perubahan
yang terjadi tidak diramalkan atau diprediksi sebelumnya.
· Perkembangan,yaitu
perubahan yang berbentuk kemajuan / peningkatan / penambahan yang terjadi pada
individu, kelompok dan organisasi.
· Perubahan
yang direncakan yaitu sebagai upaya yang bertujuan untuk mencapai tingkat yang
lebih baik.
b. Perubahan ditinjau dari
keterlibatan:
· Melalui
penyedian informasi yang cukup.
· Adanya
sikap positif terhadap perubahn sesuatu atau inovasi.
· Timbulnya
komitmen diri untuk berubah.
c. Perubahan ditinjau
dari sifat pengelolaan:
1) Menurut Duncan (1978)
Ø Perubahan berencana.
· Menyesuaikan
kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
· Adanya
titik mula yang jelas dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
· Adanya
persiapan yang matang.
Ø Perubahan
acak/kacau.
· Tidak ada titik awal perubahan.
· Tidak ada upaya mempersiapkan
kegiatan-kegiatan untuk tercapainya tujuan
2) HORSEY dan BLANCARD (1977)
Ø Partisipatif
Yaitu individu/klien
diikutkan dalam proses perubahan tersebut. Misalnya ketika bidan membangkitkan
motivasi klien.
Ø Paksaan
Yaitu perubahan yang
total menggunakan kekuatan misalnya instruksi dari atasan.
C. Teori-teori
Perubahan
1. Teori Perubahan Lippit
Lippit ingin
menunjukkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan
pembaharuan. Langkah-langkahnya meliputi:
a. Menentukan diagnosa
terlebih dahulu pada masalah yang ada
b. Mengadakan penilaian
terhadap motivasi dan kemampuan dalam perubahan
c. Melakukan penilaian
terhadap motivasi pasien/agen dan sumber daya.
d. Memilih tujuan perubahan
yang progresif
e. Menetapkan peran
dari pembaharuan sebagai agen perubahan (pendidik, peneliti, pemimpin)
f. Mempertahankan hasil
dari perubahan yang telah dicapainya
g. Melakukan penghentian
bantuan supaya harapan peran dan tanggungjawab dapat tercapai secara bertahap
2. Teori Perubahan Kurt Lewin
Teori perubahan Lewin menjelaskan bahwa seseorang yang akan
mengadakan suatu perubahan harus memiliki konsep tentang perubahan yang
tercantum agar proses perubahan tersebut terarah dan mencapai tujuan yang ada.
Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan
dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan
memperkuat driving forcesdan melemahkan resistences to
change. Tahapan perubahan menurut Lewin antara lain:
a. Unfreezing (Tahap
Pencairan)
Pada tahap awal ini,
seseorang mencari sesuatu yang baru baik dari sisi nilai, sikap maupun
kepercayaan. Seseorang dapat mengadakan proses perubahan jika memiliki motivasi
yang kuat untuk berubah dari keadaan semula.
b. Changing (Tahap Mengubah)
Pada tahap ini,
Changing merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving
forces maupun memperlemahresistances. Bisa dikatakan juga tahap
menstabilkan norma-norma yang sudah ada.
c. Refreezing (Tahap
Pembekuan)
Pada tahap ini
merupakan tahap pembekuan di mana seseorang yang mengadakan perubahan telah
mencapai tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru.
d. Action Research (Tahap
Penelitian Tindakan)
Tahap penelitian
tindakan menjelaskan bahwa hasil penelitian yang ada langsung diaplikasikan ke
kegiatan-kegiatan yang ada. Kemudian, lebih fokus menaruh penelitian terhadap
suatu tindakan yang berfokus pada masalah yang nyata. Penelitian itu
dikembangakan dari pengetahun atau teori dan logat yang dapat di ambil.
3. Teori Perubahan Rogers E
Menurut Rogers E, perubahan sosial adalah proses di mana suatu
inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu antara
anggota suatu sistem sosial. Langkah-langkah untuk mengadakan perubahan
menurut Rogers antara lain:
a. Tahap Awareness
Tahap awal yang
menyatakan bahwa untuk mengadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk
berubah.
b. Tahap Interest
Tahap ini menyatakan
untuk mengadakan perubahan harus timbul perasaan suka / minat terhadap
perubahan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk
berubah.
c. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini terjadi
penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak ditemukan hambatan selama
mengadakan perubahan.
d. Tahap Trial
Tahap ini merupakan
tahap uji coba terhadap hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat
diketahui hasilnya sesuai dengan situasi yang ada.
e. Tahap adoption
Tahapan terakhir yaitu
proses perubahan terhadap sesuatu yang baru setelah ada uji coba dan merasakan
ada manfaatnya sehingga mampu mempertahankan hasil
perubahan. Rogers juga membagi karakter dari adopsi yaitu:
· Relative
advantage
· Compatibility
· Complexity
· Trialability
· Observability
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya
mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi:
1. Innovators
Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba
hal-hal baru. Hubungan sosial
mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya.
2. Early Adopters
Kategori adopter
seperti ini menghasilkan lebih banyak opinidibanding kategori
lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi.
3. Early Majority
Kategori pengadopsi
seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang
mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara
hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam
kurun waktu yang lama.
4. Late Majority
Kelompok yang ini
lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga
kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambilkeputusan.
5. Laggards
Kelompok ini merupakan
orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional,
dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul
dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka.
Perbangingan Perubahan Berdasarkan Tiga Teori Perubahan
Lewin
|
Roger
|
Lipitts
|
Pencairan
|
Kesadaran,
Tertarik,
Evaluasi
|
- Mendiaknosa
masalah
- Mengkaji
motivasi, kemampuan untuk berubah
- Megkaji
motivasi agen pembaru dan berbagai sumber saran
|
Bergerak
|
Mencoba
|
- Menetapkan
tujuan pembaharuan
- Menetapkan
peran agen pembaharu
|
Pembekuan
|
Penerimaan
|
- Mempertahankan
perubahan
- Mengakhiri
bantuan.
|
D. Tipe
Perubahan
Apabila dipandang dari tipe perubahan, menurut bennis tahun
1995, perubahan itu sendiri memilki tujuh tipe diantaranya:
1. Tipe indoktrinasi, suatu
peubahan yang dilakukan oleh sekelompok atau masyarakat yang menginginkan
pencapaiaan tujuan yang diharapkan dengan cara memberi doktrim atau menggunakan
kekuatan sepihak untuk dapat berubah.
2. Tipe paksaan atau
kekerasan, merupakan tipe perubahan dengan melakukan pemaksaan atau kekerasan
pada anggota atau seseorang dengan harapan tujuan yang dicapai dapat
terlaksana.
3. Tipe teknokratik,
merupakan tipe perubahan dengan melibatkan kekuatan lain dalam mencapai tujuan
yang diharapkan terdapat satu pihak merumuskan tujuan dan pihak lain untuk
membantu mencapai tujuannya.
4. Tipe interaksional, merupakan
perubahan dengan menggunakan kekuatan kelompok yang saling berinteraksi satu
dengan yang lain dalm mencapai tujuan yang diharapkan dari perubahan.
5. Tipe sosialisasi,
merupakan suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan menggunakan kerja sama
dengan kelompok lain tetapi masih menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai.
6. Tipe emultif, merupakan
suatu perubahan dengan menggunakan kekuataan unilateral dengan tidak
merrumuskan tujuan terlebih dahulu secara sungguh sungguh, perubahan ini dapat
dilakukan pada sistem diorganisasi yang bawahannya berusaha menyamai pimpinan
atau atasannya.
7. Tipe alamiah, merupakan
perubahan yang terjadi akibat sesuatu yang tidak disengaja tetapi dalam
merumuskan dilakukan secara tidak sungguh, seperti kecelakaan, maka seseorang
ingin mengadakan perubahan untuk lebih berhati-hati dalam berkendaraan dan lain
sebagainya.
E. Proses
Terjadinya Perubahan
Suasana pelayanan kesehatan pada tahun 1990an adalah suatu
tantangan. Tekanan dari pemerintah, perusahaan asuransi, serikat kerja, para
pegawai, dan konsumen mengenai pelayanan kesehatan, diarahkan kembali pada
perawatan diri dan pencegahan. Teknologi mengalami perubahan dan focus biaya
perawatan perioperatif bergeser kea rah yang lebih efektif pada situasi yang
sama.
Keperawatan mempunyai kesempatan baru
untuk menjadi bagian dari perubahan, selama seluruh system mengalami pergeseran
biaya saat kualitas perawatan klien meningkat. Kreatifitas dan tinjauan tekanan
kekuatan eksternal yang luas akan memungkinkan perawat melakukan perubahan.
Perubahan dapat dijabarkan dengan
beberapa cara, termasuk perubahan yang direncanakan atau yang tidak
direncanakan. Perubahan yang tidak direcanakan adalah perubahan yang terjadi
tanpa suatu persiapan, sebaliknya perubahan yang direncanakan adalah peribahan
yang direncanakan dan dipiikirkan sebelumnya, terjadinya dalam waktu yang lama,
dan termasuk adanya suatu tujuan yang jelas. Perubahan terencana lebih mudah
dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia atau tanpa
persiapan anat karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, perawat harus dapat
mengelola perubahan.
Proses perencanaan terjadi karena
adanya perubahan yang sangat kompleks dan melibatkan interaksi banyak orang,
faktor, dan tekanan. Secara umum, perubahan terencana adalah suatu proses di
mana ada pendapat baru yang dikembangkan dan dikomunikasikan kepada semua
orang, walaupun akhirnya akan diterima atau ditolak. Perubahan perencanaan,
sebagaimana proses keperawatan, memerlukan suatu pemikiran yang matang tentang
keterlibatan individu atau kelompok. Penyelesaian masalah, pengambilan
keputusan, pemikiran kritis, pengkajian, dan efektivitas penggunaan
keterampilan interpersonal, termasuk kemampuan komunikasi, kolaborasi,
negosiasi, dan persuasi, adalah kunci dalam perencanaan perubahan.
Orang yang mengelola
perubahan harus mempunyai visi yang jelas di mana proses akan dilaksanakan
dengan arah yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Proses perubahan memerlukan
tahapan yang berurutan di mana orang akan terlibat dalam sebuah proses
perubahan dan arah perubahan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, koalisi
perlu dan harus dibentuk untuk mendukung perubahan.
Dalam literature yang lain
disebutkan bahwa proses terjadinya perubahan terdiri dari beberapa tahap
diantaranya:
1. Mencairkan: melibatkan
penghancuran cara normal orang yang melakukan sesuatu-mmemutuskan
pola,kebiasaan,dan rutinitas sehingga orang siap untuk menerima
alternatifbaru(hersey, Blanchard) atau mengurangi kekuatan untuk mengurangi
status quo, menciptakan kebutuhan akan perubahan, meminimalisasi tantangan
terhadap perubahan seperti memberikan masalah
proaktif. Contoh: Refresing,kegiatan_kegiatan baru.
2. Memindahkan: mengembangkan
perilaku, nilai dan sikap yang baru.
3. Membekukan kembali:akan
terjadi jika prilaku baru sudah menjadi bagian dari kepribadian
seseorang.dengan cara memperkuat, mengevaluasi, dan membuat modifikasi
konstruktif.
F. Motivasi
Dalam Perubahan
Motivasi itu timbul
karena tuntutan kebutuhan dasar manusia,sedangkan kebutuhan dasar manusia yang
dimaksud antara lain:
1. Kebutuhan fisiologis
(makan, minum, tidur, oksigen dll) berdasarkan kebutuhan tersebut maka manusia
akan selalu ingin mempertahankan hidupnya dengan jalan memenuhinya atau
mengadakan perubahan.
2. Kebutuhan keamanan.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia agar mendapatkan jaminan keamanan
atau perlindungan dari berbagai ancaman bahaya yang ada.
3. Kebutuhan social.
Kebutuhan ini mutlak diperlukan karena manusia tidak akan dapat hidup sendiri
tanpa bantuan dari orang lain.
4. Kebutuhan penghargaan dan
dihargai. Setiap manusia selalu ingin mendapatkan penghargaan dimata masyarakat
akan prestasi, status, dan lain-lain. Untuk itu manusia akan termotivasi untuk
mengadakan perubahan.
5. Kebutuhan aktualisasi
diri. Kebutuhan perwujudan diri agar di akui masyarakat akan kemampuannya dan
potensi yang dimiliki.
6. Kebutuhan interpersonal
yang meliputi kebutuhan untuk berkumpul bersama untuk melakukan control dalam
mendapatkan pengaruh dari lingkungan.
G. Strategi
Dalam Perubahan
Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam
perubahan dan tercapai secara tepat, efektif dan efisien, untuk itu
dibutuhkan strategi khusus dalamperubahan diantaranya:
1. Strategi Rasional Empirik
Strategi ini
didasarkan karena manusia sebagai komponen dalam perubahan memiliki sifat
rasional untuk kepentingan diri dalam berperilaku. Untuk mengadakan suatu
perubahan strategi rasional dan empirik yang didasarkan dari hasil penemuan
atau riset untuk diaplikasikan dalam perubahan manusia yang memiliki sifat
rasional akan menggunakan rasionalnya dalam menerima sebuah perubahan. Langkah
dalam perubahan atau kegiatan yang diinginkan dalam strategi rasional empirik
ini dapat melalui penelitian atau adanyadesiminasi melalui pendidikan secara umum
sehingga melalui desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa perubahan yang
akan dilakukan benar-benar sesuai dengan rasional. Strategi ini juga
dilakukan pada penempatan sasaran yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian
yang dimiliki sehingga semua perubahan akan menjadi efektif dan efisien, selain
itu juga menggunakan sistem analisis dalam pemecahan masalah yang ada.
2. Strategi Redukatif
normative
Strategi ini
dilaksanakan berdasarkan standar norma yang ada di masyarakat. Perubahan yang
akan dilaksanakan melihat nilai-nilai normatif yang ada di masyarakat sehingga
tidak akan menimbulkan permasalahan baru di masyarakat. Standar norma yang ada
di masyarakat ini di dukung dengan sikap dan sistem nilai individu yang ada di
masyarakat. Pendekatan ini dilaksanakan dengan mengadakan intervensi secara
langsung dalam penerapan teori-teori yang ada.Strategi ini dilaksanakan
dengan cara melibatkan individu, kelompok atau masyarakat dan proses penyusunan
rancangan untuk perubahan. Pelaku dalam perubahan harus memiliki kemampuan
dalam berkolaborasi dengan masyarakat. Kemampuan ilmu perilaku harus dimiliki
dalam pembaharu.
3. Strategi Paksaan-
Kekuatan
Dikatakan strategi
paksaan-kekuatan karena adanya penggunaan kekuatan atau kekuasaan yang
dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan moral dan kekuatan
politik.Strategi ini dapat dilaksanakan dalam perubahan sistem kenegaraan,
penerapan sistem pendidikan dan lain-lain.
Perubahan dalam organisasi terdapat 3
tingkatan yang berbeda, yaitu: individu yang bekerja di
organisasi tersebut, perubahan struktur dan system hubungan interpersonal.
Strategi membuat perubahan dapat dikelompokan menjadi 4 hal, yakni:
1. Memiliki visi yang jelas
Visi ini merupakan hal
yang sederhana dan utama, karena visi dapat mempengaruhi pandangan orang lain.
Misalnya visi J.F kennedy, “menempatkan seseorang dibulan sebelum akhir abad
ini.” Visi harus disusun secara jelas, ringkas, mudah, dipahami dan dapat
dilaksanakan oleh setiap orang.
2. Menciptakan budaya organisasi
tentang nilai-nilai moral dan percaya kepada orang lain
Menciptakan iklim yang
kondusif dan rasa saling percaya adalah hal yang penting. Perubahan akan lebih
baik jika mereka percaya seseorang dengan kejujuran dan nilai-nilai yang
diyakininya. Orang akan berani mengambil suatu resiko terhadap perubahan, apabila
mereka dapat berpikir jernih dan tidak emosional dalam menghadapi perubahan.
Setiap perubahan harus diciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, dan secara
langsung.
Menurut porter dan O’Grady (1986) upaya yang harus ditanamkan
dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah:
· Kebebasan
untuk berfungsi secara efektif
· Dukungan
dari sejawat dan pimpinan
· Kejelasan
harapan tentang lingkungan kerja
· Sumber
yang tepat untuk praktik secara efektif
· Iklim
organisasi yang terbuka
3. System komunikasi yang
jelas, singkat dan sesering mungkin
Komunikasi merupakan
unsur yang penting dalam perubahan. Setiap orang perlu dijelaskan tentang
perubahan untuk menghindari rumor atau informasi yang salah. Semakin banyak
orang yang mengetahui tentang keadaan, maka mereka akan semakin baik dan mampu
dalam memberikan pandangan ke depan dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
terhadap perubahan. Menurut silber (1993), komunikasi satu arah tidak cukup dan
sering menimbulkan kebingungan karena orang tidak mengetahui apa yang akan
terjadi.
4. Keterlibatan orang yang
tepat
Perubahan perlu
disusun oleh orang-orang yang berkompeten. Begitu rencana sudah tersusun, maka
segeralah melibatkan orang lain pada setiap jabatan di organisasi, karena
keterlibatan akan berdampak terhadap dukungan dan advokasi (Endah, Rika.
2003).
H. Model
Dalam Perubahan
Model dalam perubahan
terbagi menjadi 3 tahap:
1. Research And Development
Model (Model Penelitian dan Pengembangan)
Model perubahan perubahan ini didasarkan atas penelitian dan perencanaan dalam pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam menggunakan model ini dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi atas perubahan yang akan dilakukan dalam perubahan.
Model perubahan perubahan ini didasarkan atas penelitian dan perencanaan dalam pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam menggunakan model ini dapat dilakukan dengan cara melakukan identifikasi atas perubahan yang akan dilakukan dalam perubahan.
2. Social Interaction Model
(Model Interaksi Sosial)
Model perubahan dengan
interaksi sosial ini dilakukan berdasarkan atas saling kerjasama dalam sistem
dengan memfokuskan pada persepsi dan respons dar perubahan Roger diantaranya,
menyadari akan perubahan, adanya minat dalam perubahan, melakukan evaluasi
tentang hal-hal yang akan dilakukan perubahan, melalui uji coba sesuatu hal
yang akan dilakukan perubahan serta menerima perubahan.
3. Problem Solving Model
(Model Penyelesaian Masalah)
Model ini menekankan
pada penyelesaian masalah dengan menggunakan langkah mengidentifikasi kebutuhan
yang menjadi masalah, mendiagnosis masalah, menemukan cara penyelesaian masalah
yag akan digunakan, melakukan uji coba dan melakukan evaluasi dari hasil uji coba
untuk digunkan dalam perubahan.
I. Hambatan
Dalam Perubahan
Perubahan tidak selalu mudah untuk dilaksanakan akan tetapi
banyak hambatan yang akan diterimanya baik hambatan dari luar maupun dari dalam
diantaranya hal yang menjadi hambatan dalam perubahan adalah sebagai berikut:
1. Ancaman Kepentingan
Pribadi
Ancaman kepentingan
pribadi ini merupakan hambatan dalam perubahan karena adanya kekhawatiran
adanya perubahan segala kepentingan dan tujuan diri contohnya dalam
melaksanakan standarisasi perawat profesional dimana yang diakui sebagai
profesi perawat minimal D III Keperawatan, sehingga bagi lulusan SPK yang
dahulu dan tidak ingin melanjutkan pendidikan akan terancam bagi kepentingan
dirinya sehingga hal tersebut dapat menjadikan hambatan dalam perubahan.
2. Persepsi yang Kurang Tepat
Persepi yang kurang
tepat atau informasi yang belum jelas ini dapat menjadi kendala proses
perubahan. Berbagai informasi yang akan dilakukan dalam sistem perubahan jika
tidak dikomunikasikan dengan jelas atau informasinya kurang lengkap, maka
tempat yang akan dijadikan perubahan akan sulit menerimanya sehingga timbul
kekhawatiran dari perubahan tersebut.
3. Reaksi Psikologis
Reaksi psikologis ini
merupakan faktor yang menjadi hambatan dalam perubahan karena setiap orang
memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam merespons perbedaan sistem
adaptasi pada setiap orang juga dapat menimbulkan reaksi psikologos yang
berbeda sehingga bisa menjadi hambatan dalam perubahan, contohnya bila akan
dilakukan perubahan dalam sistem praktek keperawatan mandiri bagi perawat. Jika
perawat belum bisa menerima secara psikologis, akan timbul kesulitan karena ada
perasaan takut sebagai dampak dari perubahan.
4. Toleransi terhadap
Perubahan
Toleransi terhadap ini
tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat. Apabila individu, kelompok
atau masyarakat tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan,
maka akan memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi seseorang
terhadap perubahan sangat rendah, maka perubahan tersebut akan sulit
diaksanakan.
5. Kebiasaan
Pada dasarnya
seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya atau
bahkan dilaksanakan sebelumnya dibandingkan sesuatu yang baru dikenalnya,
karena keyakinan yang dilmiliki sangat kuat. Faktor kebiasaan ini yang
menjadikan hambatab dalam perubahan.
6. Ketergantungan
Ketergantungan
merupakan hambatan dalam proses perubahan karena ketergantungan menyebabkan
seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu.
Suatu perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang yang selalu menggantungkan
diri sehingga perubahan sulit dilakukan.
7. Perasaan tidak Aman
Perasaan tidak aman
juga merupakan faktor penghambat dalam perubahan karena adanya ketakutan
terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah ketidakamanan pada diri,
kelompok atau masyarakat.
8. Norma
Norma merupakan segala
aturan yang didukung oleh anggota masyarakat dan tidak mudah dirubah. Apabila
akan mmengadakan proses perubahan namun perubahan perubahan tersebut akan
menghadapi hambatan. Sebaliknya jika norma tersebut sesuai dengan prinsip
perubahan, maka akan sangat mudah dalam perubahan.
J. Perubahan
Dalam Keperawatan
Sebagai manusia kita hidup dalam dunia perubahan. Perubahan
merupakan suatu hal yang pasti (terjadi, dan akan terjadi), hal mana sudah
diketahui oleh manusia sejak zaman dahulu, yang diungkapkan mereka melalui
kata-kata “Pantai Rei” (bahasa Belanda: alles verandert – bahasa
Inggris: everything changes).Perubahan merupakan satu kata yang memberikan
makna bagi dinamika kehidupan manusia. Adakalanya perubahan berdampak positif
sesuai yang diharapkan. Akan tetapi biasa berdampak negative atau tidak sesuai
dengan yang diharapkan, bahkan tidak jarang bertentangan dengan keinginan yang
direncanakan dan merugikan (Nursalam. M. 2008).
Perubahan adalah respon terencana
atau tak terencana terhadap tekanan-tekanan dan desakan-desakan yang ada.
Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat
yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan
mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya
perubahan maka dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan
lama. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal
dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut.Manajemen perubahan adalah
aplikasi pengetahuan, kemampuan, alat dan teknik untuk menggabungkan
perubahan menjadi sebuah proyek dan atau menjadi sebuah strategi.
Perubahan dapat dijabarkan dengan
beberapa cara, termasuk perubahan yang direncanakan atau yang tidak
direncanakan. sebaliknya perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang
direncanakan dan dipikirkan sebelumnya, terjadinya dalam waktu yang lama, dan
termasuk adanya suatu tujuan yang jelas. Perubahan terencana lebih mudah
dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia atau tanpa
persiapan anat karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, perawat harus dapat
mengelola perubahan.
1. Perubahan terencana
Perubahan yang direncanakan (planed
change) adalah perubahan yang lebih mudah dikelola dari pada
perubahan yang tidak direncanakan, secara umum perubahan terencana adalah suatu
proses dimana adanya pendapat baru yang dikembangkan, dikomunikasikan, kepada semua
orang walaupun akhirnya akan diterima atau ditolak. Orang yang mengelola
perubahan harus mempunyai suatu visi yang jelas dimana proses akan dilaksanakan
dengan arah yang terbaik untuk mencapai tujuan (Nursalam. M.
2008).
Menurut Suyanto (2009), perubahan
terencana adalah perubahan yang dirancang dan diimplementasikan secara
berurutan dan tepat waktu sebagai antisipasi dari peristiwa di masa mendatang.
Sedangkan perubahan reaktif adalah respons bertahap terhadap peristiwa ketika
muncul. Karena perubahan reaktif dilakukan dengan cepat, maka potensi
terjadinya perubahan cenderung menghasilkan akibat yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu, perubahan terencana lebih disukai dibandingkan dengan perubahan
reaktif(Suyanto. 2009).
2. Perubahan tidak terencana
Perubahan yang tidak direncanakan (unplanned
change) adalah perubahan yang terjadi tanpa suatu
persiapan. Determinan dari suatu perubahan tidak terencana dari suatu
organisasi antara lain karena adanya pergeseran dalam tampilan demografis
angkatan kerja, respons terhadap kecenderungan globalisasi, adanya peraturan
pemerintah, persaingan ekonomi, dan perbedaan kinerja (Suyanto. 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul A.2007, Edisi 2.Pengantar
konsep dasar keperawatan.Penerbit:Salemba medika.Surabaya
A. Aziz Alimul Hidayat. Konsep Dasar
Keperawatan. Edisi 3, Jakarta, Selemba Medika, 2008
Nursalam (2001), Proses
dan Dokumentasi keperawatan konsep dan praktek, salemba medika, Jakarta
http://www.scribd.com/doc/31812180/Konsep-Perubahan-Dalam-Keperawatan (Di
akses pada tanggal 07 Desember 2016 jam 10.15 WIB)
www.jevuska.com/.../ekologi+perubahan+dalam+keperawatan.html (Di
akses pada tanggal 07 Desember 2016 jam 10.15 WIB)