Thursday, September 20, 2012

Proses Keperawatan

Proses Keperawatan


Pengkajian Keperawatan.
 Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian dilakukan oleh perawat dalam rangka pengumpulan data klien. Data klien diperlukan sebagai dasar pijakan dalam melaksanakan proses keperawatan pada tahap berikutnya. data klien diperoleh melalui wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik (laboratorium, foto, dan sebagainya), informasi/catatan dari tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga klien. Hampir dipastikan bahwa semua data yang didapat tersebut diperoleh melalui proses komunikasi, baik komunikasi secara langsung (verbal, tertulis) maupun secara tidak langsung (nonverbal ). Pada tahap ini dapat dikatakan bahwa proses komunikasi berlangsung paling banyak dibanding komunikasi pada berikutnya.
Banyak hal yang dapat menjadi hambatan klien untuk mengirim/memberikan informasi, menerima, dan memahami pesan yang diterima klien. Hambatan klien dalam berkomunikasi yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain:
a)   Language deficits
Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien dalam menerima pesan secara adekuat.
b)   Sensory deficits
Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan faktor penting dalam komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima dengan baik apabila kemampuan sensor klien berfungsi dengan baik. Untuk klien yang mengalami kelemahan mendengar, maka ada tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian, yaitu mencari kepastian medik yang mengindikasikan adanya kelemahan mendengar, memperhatikan apakah klien menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi, memperhatikan apakah klien mampu melihat muka dan bibir kita saat berbicara, dan memperhatikan apakah klien mampu menggunakan tangannya sebagai bentuk komunikasi non verbal.
c)    Cognitive impairments
Adalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam mengungkapkan dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pada klien yang mengalami gangguan kognitif ini, perawat dapat menilai apakah klien merespon ketika ditanya, apakah klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar, apakah klien dapat mengingat dengan baik, dan sebagainya.
d)   Structural deficits
Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang berhubungan langsung dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi komunikasi.
e)    Paralysis
Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektrenitas atas akan menghambat kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan. Perawat perlu memperhatikan apakah ada kemampuan nonverbal klien yang bisa ditunjukkan dalam rangka memberikan informasi pada perawat.

Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang didapatkan dalam tahap pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaan perawat dengan melibatkan klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lainnya tentang masalah yang dialami klien. Proses penentuan masalah klien dengan melibatkan beberapa pihak tersebut adalah upaya untuk memvalidasi, memperkuat dan menentukan prioritas masalah klien dengan benar. Penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasikan kepada klien dapat berakibat salahnya penilaian perawat terhadap masalah yang dialami klien. Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien yang kooperatif merupakan faktor penting dalam diagnosa keperawatan yang tepat.

Rencana Keperawatan.
Dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan kepada klien, interaksi dan komunikasi dengan klien sangatlah penting untuk menentukan pilihan rencana keperawatan yang akan dilakukan. Misalnya, sebelum perawat memberikan diet makanan bagi klien, perawat perlu mengetahui makanan pilihan, yang disukai, atau yang alergi bagi klien sehingga tindakan yang dilakukan menjadi efektif. Rencana tindakan yang dibuat perawat merupakan media komunikasi antar petugas kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat dievaluasi atau dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya. Model komunikasi ini memungkinkan pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, terukur dan efektif.

Tindakan Keperawatan.
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Selama aktifitas pada tahap ini menuntut perawat untuk terampil dalam berkomunikasi dengan klien. Umumnya ada dua kategori aktifitas perawat dalam berkomunikasi, yaitu saat mendekati klien untuk membantu memenuhi kebutuhan pisik klien dan ketika klien mengalami masalah psikologis.
Berikut  adalah tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien.
·      Menunjukkan muka yang jujur dengan klien. Hal ini penting agar tercipta suasana saling percaya saat berkomunikasi.
·      Mempertahankan kontak mata dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat dapat dilihat dari kontak mata saat berkomunikasi dengan klien.
·      Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
·      Mempertahankan postur yang terbuka. Sikap terbuka dari perawat dapat menumbuhkan keberanian dan kepercayaan klien dalam mengikuti tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
·      Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan menghormati klien. Crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga dan satu mulut. Dalam berkomunikasi dia menyarankan agar tindakan berkomunikasi dilaksanakan dengan perbandingan 2 : 1, lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Sikap ini akan meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat.
·      Relatif rileks saat bersama klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santai juga tidak membawa pengaruh yang baik dalam hubungan perawat klien.
Pada tahap ini petugas kesehatan (perawat / bidan) juga harus    meningkatkan kemampuan nonverbalnya dengan “SOLER” yang merupakan singkatan dari:
S = Sit (duduk) menghadap klien. Postur ini memberi kesan bahwa perawat ada di sana untuk mendengarkan dan tertarik dengan apa yang sedang dikatakan klien.
O = Observe (mengamati) suatu postur terbuka (yaitu menahan tangan dan lengan tidak menyilang). Postur ini menyatakan bahwa perawat adalah “terbuka” terhadap apa yang dikatakan klien. Suatu yang “tertutup” dapat menghambat klien untuk menyampaikan perasaannya.

Evaluasi.
Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil yang positif bagi klien, sebagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun nonverbal. Tanpa komunikasi perawat tidak cukup dalam menilai apakah tindakan yang dilakukan berhasil atau tidak. Pada tahap ini juga memberi kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan.


No comments:

Post a Comment